assalamualaikum wr wb

Jumat, 04 Januari 2013

Logika reinkarnasi





Apakah anda pernah berpikir bahwa perpindahan sang roh sekaligus merupakan penjelasan dan alasan tentang kejahatan yang ada di dunia? Jika hal-hal yang buruk yang kita alami adalah akibat dosa yang dilakukan dalam kehidupan-kehidupan kita yang lalu, kita dapat menerima hal-hal yang buruk itu dengan ketabahan hati dan harapan bahwa kalau dalam kehidupan ini kita berjuang menuju kebaikan, maka kehidupan-kehidupan kita yang akan datang akan kurang menderita.
—W. Somerset Maugham,
The Razor's Edge
Dua orang anak lahir bersamaan pada hari yang sama. Orang tua anak pertama adalah orang kaya yang terdidik, dan telah menantikan kelahiran anak pertamanya itu selama bertahun-tahun. Anak mereka, seorang anak laki-laki, yang cerdas, sehat, dan menawan, dengan harapan dan masa depan yang cerah. Tentu nasib baik telah berpihak padanya.
Anak kedua masuk dunia yang kontan berbeda. Dia lahir dari seorang ibu yang ditinggal suami di saat hamil muda. Ibu tersebut amat melarat; karena itu, kecil harapan untuk dapat membesarkan bayinya yang sakit-sakitan itu, dan tentu akan sulit mengubah masa depan suram yang penuh kesulitan yang tak mudah diatasi.
Tampaknya dunia dipenuhi oleh hal-hal yang timpang seperti ini, perbedaan mencolok dan sering menimbulkan pertanyaan: "Bagaimana Tuhan begitu tidak adil? Apa yang telah dilakukan George dan Mary sehingga anak mereka lahir tuna netra? Padahal mereka orang baik-baik. Kiranya Tuhan begitu tidak murah hati!"
Akan tetapi, dengan prinsip-prinsip reinkarnasi sangat memungkinkan kita memandang kehidupan ini dengan perspektif yang jauh lebih luas—yaitu dari sudut keabadian. Dari sudut pandang tersebut, satu kehidupan singkat tidak dilihat sebagai titik awal keberadaan kita namun tak lebih dari sekilas waktu, dan kita dapat mengerti bahwa adanya orang-orang yang begitu saleh yang mungkin sangat menderita adalah sedang menuai hasil kegiatan dia yang tak beriman baik kini ataupun dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya. Dengan visi yang luas mengenai keadilan alam semesta, kita dapat melihat bagaimana setiap roh bertanggung jawab atas karma-nya sendiri.
Perbuatan kita ibarat biji-bijian. Mula-mula berbuat, atau ditanam, dan setelah beberapa waktu, ia membuahkan hasil, lalu melepas reaksi-reaksinya sebagai akibat. Reaksi-reaksi seperti itu dapat menghasilkan derita atau kenikmatan bagi sang makhluk hidup, dan mungkin ia menyikapi hal-hal itu dengan menumbuh-kembangkan watak baiknya atau sebaliknya menjadi semakin mendekati karakter binatang. Dalam kedua keadaan tersebut, hukum-hukum reinkarnasii berlaku tanpa pilih kasih untuk memberi hadiah kepada setiap makhluk hidup berupa nasib-nasib yang harus diterima akibat perbuatan dia sebelumnya.
Seorang narapidana memilih masuk penjara gara-gara sengaja melanggar hukum, sedangkan orang lain mungkin diangkat menjadi hakim di Pengadilan Tinggi berkat prestasi tinggi yang dicapainya dalam pengabdian. Dengan cara yang sama, sang roh memilih nasibnya sendiri, termasuk pula pilihan bentuk jasmani tertentu, berdasarkan keinginan dan perbuatan masa lampau dan sekarang. Tidak semua orang yang dapat menyesalinya secara sungguhan, "Saya tidak minta dilahirkan!" Dalam pola kelahiran dan kematian yang dialami di dunia material ini, "manusia mengajukan dan Tuhan menentukan."
Seperti halnya seorang memilih mobil berdasarkan mobil kebutuhan dan daya belinya, begitu pula halnya dengan alam material ini akan membalas keinginan dan perbuatan kita, dengan mengatur badan yang akan datang. Jika seorang manusia menyia-nyiakan nilai kehidupan manusianya, yang hanya dimaksudkan untuk keinsafan diri, dengan menjadi sibuk dalam kegiatan binatang berupa makan, tidur, hubungan seks (yang tidak sah), dan membela badannya, maka Tuhan akan mengijinkan ia untuk ditempatkan di dalam jenis kehidupan dengan fasilitas yang lebih besar untuk kenikmatan indera-indera seperti itu, tanpa gangguan rintangan dan tanggung jawab yang dialami dalam bentuk manusia.
Misalnya orang rakus hobby makan, makan dengan melahap segala macam makanan tanpa pilih-pilih, mungkin dia akan dihadiahi badan babi atau kambing oleh alam material. Tipe seperti itu paling cocok dan memungkinkan bagi dia untuk menikmati sampah tanpa memilah-milahnya.
Jika dilihat sepintas, mungkin sistem liberal tentang penghargaan dan mengganjar dengan hukuman tanpa pandang bulu, kelihatannya mengejutkan, namun sistem itu adil secara sempurna dan cocok dengan konsepsi Tuhan sebagai Yang Mahaadil dan Mahapengasih. Makhluk hidup memerlukan badan yang cocok guna menikmati kepuasan indera-indera pilihannya. Untuk memenuhi keinginan entitas hidup sebagaimana mestinya, alam menempatkan entitas hidup di dalam badan yang diinginkannya, dan untuk itu memang patut untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan individu tersebut.
Salah pengertian umum yang lain akan dihapus oleh logika reinkarnasi yang jelas yaitu mengenai dogma keagamaan yang mengatakan bahwa segala sesuatu tergantung pada perbuatan kita dalam hidup ini semata, dengan peringatan bahwa kalau kita menjalani hidup yang berdosa dan dilemparkan ke daerah-daerah neraka yang paling gelap untuk selama-lamanya sebagai hukuman—tanpa harapan pengampunan. Dapat dimengerti, dan sangat sensitif, tentang orang-orang yang ber-Tuhan di mana mereka lebih menggunakan sistem pengadilan terakhir yang mendekati sifat kejahatan seperti itu ketimbang kemuliaan. Apakah mungkin manusia lebih memperlihatkan rasa kasihan atau rasa sayang terhadap orang lain, sedangkan Tuhan tidak memiliki perasaan seperti itu? Ajaran-ajaran seperti itu menggambarkan Tuhan sebagai seorang ayah yang kejam yang mengabaikan anak-anak-Nya yang tersesat, kemudian menyaksikan hukuman dan penyiksaan mereka yang tiada habisnya.
Mengajarkan hal yang tidak masuk akal seperti itu sama dengan meniadakan hubungan cinta kasih yang kekal antara Tuhan dan ekspansi-ekspansi dekat-Nya, yaitu para makhluk hidup. Menurut definisi (manusia dibuat mirip dengan Tuhan), Tuhan pasti memiliki seluruh sifat yang berada pada derajat tertinggi. Salah satu di antara sifat-sifat itu adalah kasih sayang. Paham bahwa sesudah satu kehidupan yang singkat, seorang manusia dapat ditaruh dalam penderitaan di neraka untuk selama-lamanya adalah tidak cocok dengan konsep tentang adanya satu kemahakuasaan yang memiliki karunia tak terbatas. Seorang ayah biasa pun memberikan lebih dari satu kesempatan kepada anaknya untuk menyempurnakan tujuannya.
Dalam kesusasteraan Veda sifat murah hati Tuhan dipuja dan dipuji secara berulang-ulang. Krsna sangat murah hati, bahkan terhadap mereka yang benci kepada Dia sekalipun, sebab Krsna bersemayam di dalam hati setiap orang dan memberikan kesempatan kepada semua makhluk hidup untuk mencapai impian dan cita-citanya. Sebenarnya, karunia Tuhan tiada habisnya; karunia Krsna tidak terhingga. Karunia-Nya juga tiada pamrih. Mungkin lantaran kita telah berbuat dosa sehingga membuat kita tidak patut menerima karunia, namun Tuhan begitu mencintai setiap makhluk hidup sehingga berulang kali Dia memberikan kesempatan-kesempatan kepada mereka untuk melampaui lingkaran kelahiran dan kematian
Dewi Kunti, seorang penyembah Krsna yang mulia menyampaikan kepada Krsna, "Engkau adalah Pengendali Yang Paling Utama, yang tidak berawal dan tidak berakhir, dan dalam membagikan karunia selalu tanpa pamrih. Engkau bersikap merata terhadap semua orang." (Srimad-Bhagavatam 1.8.28). Akan tetapi, jika seseorang selalu berada jauh-jauh dari Tuhan, itu bukan lantaran ada dendam dari pihak Tuhan, melainkan karena dia sendiri yang memilihnya demikian secara berulang kali. Sir William Jones, yang telah memperkenalkan filsafat Veda di Eropa, pada dua ratus tahun silam menulis begini, "Saya bukan orang Hindu, tetapi saya menganggap ajaran-Nya mengenai keadaan yang akan datang (reinkarnasi) jauh lebih rasional, lebih saleh, dan lebih besar kemungkinannya dapat mempengaruhi orang-orang sehingga mereka tidak sampai melakukan kejahatan dibanding dengan pendapat-pendapat yang memberikan gambaran mengerikan yang mengemuka mengenai hukuman yang tiada habisnya."
Menurut ajaran reinkarnasi, Tuhan menerima dan memelihara sejumlah perbuatan yang baik walau itu berjumlah kecil yang dilakukan orang yang secara umum jahat. Jarang sekali kita melihat orang yang seratus persen berdosa. Karena itu, jika makhluk hidup mencapa kemajuan spiritual secuil saja dalam kehidupan sekarang ini, maka untuk yang akan datang dia diperkenankan maju terus dari tingkat itu. Krsna memberitahu Arjuna yang sebagai muridnya dalam Bhagavad-gita "Dalam usaha keras ini (kesadaran Krsna) tiada kerugian maupun pengurangan, dan kemajuan sedikit pun dalam menempuh jalan ini dapat melindungi orang dari segala macam rasa takut yang paling besar (kembali ke bentuk yang lebih rendahdari manusia dalam kehidupan yang akan datang)" Demikian sang roh dapat mengembangkan sifat-sifat rohani yang ada di dalam hatinya melalui banyak penjelmaan, sampai akhirnya sang roh tidak harus lahir kembali dengan badan material, sampai sang roh kembali ke tempat tinggalnya yang asli di dunia rohani.
Inilah berkat istimewa yang ada dalam hidup manusia—walau menurut nasib seseorang ia harus menderita sangat banyak akibat kejahatan yang ia lakukan dalam hidup ini dan dalam kehidupan-kehidupan yang lalu, namun jika ia mulai melakukan metode kesadaran Krsna, ia dapat mengubah karma-nya. Roh di dalam badan manusia berada di titik pertengahan dalam evolusi. Dari tingkat itu makhluk hidup dapat memilih untuk melorot atau bebas dari reinkarnasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.